Tampilkan postingan dengan label kegiatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kegiatan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 29 November 2025

Pendidikan Nonformal dan Kesetaraan - Apa dan Mengapa


Pendidikan nonformal adalah jalur di luar pendidikan formal yang tetap terstruktur dan berjenjang.  Program “pendidikan kesetaraan” melalui Paket A, B, dan C ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada warga yang karena berbagai alasan (misalnya putus sekolah, keterbatasan ekonomi, kesibukan kerja, atau kendala waktu/geografi) agar tetap memperoleh pendidikan yang setara dengan sekolah formal. 

Paket A setara dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD). Paket B setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Paket C setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). 

Pendidikan kesetaraan bukan hanya soal mendapatkan ijazah “formal” secara setara, tetapi juga tentang memfasilitasi pemerataan akses pendidikan, memberikan kesempatan belajar bagi orang dewasa atau pekerja, serta membuka peluang untuk melanjutkan pendidikan atau memasuki dunia kerja dengan legitimasi formal. 

Dengan begitu, bagi banyak warga belajar dewasa, seperti usia di atas 25 tahun, bekerja atau mencari pekerjaan, program ini memberi harapan dan peluang nyata untuk “memperbaiki” status pendidikan mereka dan meningkatkan potensi untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Regulasi dan Legalitas: Dasar Hukum Pendidikan Kesetaraan

Program pendidikan kesetaraan (nonformal) di Indonesia memiliki dasar hukum dan regulasi resmi. Sebagai contoh:

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), disebut bahwa pendidikan nonformal termasuk jalur pendidikan dan bahwa pendidikan kesetaraan adalah bagian dari pendidikan nonformal, setara dengan SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA. 

Dengan demikian, peserta Paket A, B, C yang lulus memiliki hak dan pengakuan yang sama dengan lulusan sekolah formal pada jenjang yang setara. 

Artinya, bagi mereka yang bersekolah lewat jalur nonformal, memperoleh ijazah kesetaraan bukan hanya soal melengkapi dokumen  tetapi menyangkut pengakuan resmi dan legal, yang memungkinkan akses ke peluang pendidikan lebih lanjut atau dunia kerja, sama seperti lulusan sekolah formal.

Peran Ujian atau Asesmen: Dari Ujian Akhir hingga Tes Nasional

Dalam pelaksanaan pendidikan kesetaraan, ujian atau asesmen berperan penting. Misalnya:

Ujian kesetaraan / asesmen akhir menjadi syarat untuk mendapatkan pengakuan formal atas hasil belajar  sehingga ijazah kesetaraan bisa diterbitkan. 

Baru-baru ini, bagi peserta Paket A, B, dan C diwajibkan mengikuti Tes Kemampuan Akademik (TKA) agar hasil belajar mereka diakui secara resmi. 

TKA ini berfungsi sebagai “standar nasional”, untuk memastikan bahwa kompetensi akademik peserta jalur nonformal setara dengan pendidikan formal sehingga ijazah mereka diakui. 

Dengan kata lain: meskipun pendidikan nonformal memberi fleksibilitas dalam jam belajar, metode, atau bahkan lokasi di ujung proses tetap ada mekanisme penilaian/ujian yang memastikan mutu dan kesetaraan. Ini penting agar hasil belajar bukan hanya “sekadar kursus” tetapi diakui seperti sekolah formal.

Kenapa Ujian / Asesmen Itu Penting ,Terutama bagi Warga Belajar Dewasa

Ketika Anda mempertimbangkan realitas bahwa banyak warga belajar dalam pendidikan nonformal adalah dewasa, pekerja, mencari pekerjaan, atau punya prioritas kehidupan lain  ada beberapa alasan mengapa ujian/asesmen tetap penting dan relevan:

1. Validasi Legal & Formalitas, Supaya Hasil Belajar Diakui

Tanpa lulus ujian/asesmen, sulit bagi peserta nonformal untuk mendapatkan ijazah yang diakui. Bagi warga dewasa yang butuh ijazah tersebut untuk melamar kerja, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, atau melanjutkan pendidikan  legalitas ini krusial.

2. Menjamin Kompetensi, Bukan Sekadar Kehadiran atau Proses

Karena peserta nonformal memiliki latar yang sangat beragam (usia, latar belakang pendidikan, aktif bekerja, dsb), ujian akhir/TKA memastikan bahwa mereka benar-benar menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar/menengah sebagaimana standar nasional. Ini menjaga kualitas lulusan nonformal agar tidak “di bawah” lulusan formal.

3. Kesempatan Akses Pendidikan dan Pekerjaan yang Setara

Dengan ijazah kesetaraan resmi, warga belajar dewasa bisa punya peluang yang setara dengan lulusan formal: melanjutkan studi, mendaftar pekerjaan, atau meningkatkan prospek kehidupan. Tanpa pengakuan resmi, usaha mereka mungkin kurang dihargai di dunia kerja atau studi lanjut.

4. Fleksibilitas Tetap Dibalas dengan Akuntabilitas

Pendidikan nonformal memberikan fleksibilitas  ideal bagi orang dewasa dengan pekerjaan atau tanggung jawab lain. Namun fleksibilitas itu tidak berarti “tanpa standar”. Ujian/asesmen memastikan bahwa fleksibilitas tidak mengorbankan mutu dan kredibilitas.

5. Motivasi dan Profesionalisme bagi Warga Belajar Dewasa

Bagi orang dewasa, mengikuti ujian akhir atau TKA bisa menjadi motivasi serius untuk kembali belajar, memperbarui diri, untuk masa depan  bukan sekadar ikut kelas tanpa target. Ini membantu menjaga keseriusan dan komitmen mereka dalam menuntaskan pendidikan.

Tantangan dan Nuansa: Ketika Pendidikan & Kehidupan Tidak Mudah

Meski penting, pelaksanaan ujian/asesmen bagi warga belajar nonformal  terutama dewasa juga memiliki tantangan:

Banyak peserta yang bekerja atau sudah punya tanggung jawab keluarga, sehingga waktu belajar dan persiapan ujian terbatas. Disinilah fleksibilitas program nonformal membantu. Namun tetap dibutuhkan komitmen ekstra agar efektif belajar, bukan sekadar formalitas.

Akses sarana/prasarana: menurut laporan pelaksanaan  di beberapa tempat, pelaksanaan TKA/Uji Kesetaraan mensyaratkan sarana seperti komputer, listrik, internet  ini bisa jadi hambatan di daerah atau bagi peserta yang kurang fasilitas. 

Stigma sosial atau persepsi bahwa “nonformal = kurang baik”  padahal dengan adanya regulasi, asesmen, dan ijazah resmi, kualitas dapat dijamin.

Kesimpulan: Ujian Akhir dan Asesmen = Jembatan Antara Fleksibilitas & Pengakuan Formal

Bagi warga belajar di jalur nonformal Paket A, B, C  terutama mereka yang dewasa, bekerja, atau punya prioritas hidup lain,  fleksibilitas adalah alasan utama memilih jalur ini. Namun fleksibilitas saja tidak cukup, Ujian akhir atau asesmen seperti TKA / Uji Kesetaraan adalah fondasi penting agar hasil pendidikan benar-benar diakui secara formal, setara dengan lulusan sekolah formal.

Dengan regulasi yang jelas dari pemerintah, dan pelaksanaan asesmen yang konsisten, peserta kesetaraan tidak kehilangan hak akses ke pendidikan lebih lanjut atau dunia kerja. Ini menjadikan pendidikan nonformal bukan sekadar “alternatif”, melainkan jalur yang serius dan bermartabat untuk memperbaiki kualitas hidup.

Karena itu,  ujian akhir semester/asesmen sangat penting bagi warga belajar nonformal. Tanpanya, fleksibilitas tidak akan berarti apa-apa, dan usaha belajar bisa kurang dihargai.

Salam Pendidikan Non Formal, Belajar Sepanjang Hayat

Sabtu, 15 November 2025

Warga Belajar SPNF Subang Kenal Sejarah Daerah Lewat Outing Class ke Museum Subang

Ket ; Foto Bersama SPNF SKB di Depan Museum

Subang, 15/11  Semangat belajar di pendidikan nonformal terus menyala. Hari ini, SPNF SKB Subang melalui Kelas Belajar Kesetaraan  Rombel Kalijati, sukses menggelar kegiatan Outing Class ke Museum Subang sebagai bagian dari upaya memperluas wawasan sejarah lokal.

Kegiatan edukatif ini diikuti oleh seluruh warga belajar kesetaraan Paket A, B, dan C Rombel Kalijati. Mereka didampingi oleh para Tutor hebat yang memastikan proses pembelajaran di luar kelas berjalan efektif dan menyenangkan. Kunjungan ke museum ini bertujuan mengajak warga belajar mengenal lebih dekat dan mendalam mengenai sejarah Kabupaten Subang dari masa ke masa, mulai dari era prasejarah hingga perkembangannya saat ini.

Kehadiran Plt. SPNF SKB, Bapak Widi Prasetio, menambah semangat dalam kegiatan ini. Dalam pesannya, Widi menekankan pentingnya menjaga "bara semangat dalam belajar" di pendidikan nonformal. Beliau berharap kegiatan ini tidak hanya menambah ilmu pengetahuan, tetapi juga memotivasi warga belajar untuk terus bersemangat mengejar cita-cita.

Mewakili Tutor,Ae Suhaeni "Kami, para tutor Rombel Kalijati, sangat bangga dan mengapresiasi tinggi antusiasme yang ditunjukkan oleh warga belajar kami dalam outing class ke Museum Subang ini. Kegiatan ini bukan hanya sekadar rekreasi, tetapi merupakan perwujudan nyata dari pembelajaran kontekstual. Antusiasme warga belajar terlihat jelas sepanjang kunjungan. Salah satu peserta, Anang, menyambut positif kegiatan outing class ini. "Sangat antusias sekali. Kami jadi bisa melihat langsung benda-benda bersejarah yang selama ini mungkin hanya kami dengar. Belajar di luar kelas seperti ini membuat kami lebih semangat," ujar Anang. 


Sesi mini bioskop tentang Lanud Kalijati adalah penambahan yang brilian. Itu menghubungkan mereka dengan peristiwa krusial sejarah bangsa yang terjadi tepat di dekat tempat tinggal mereka.

Rangkaian kegiatan Outing Class ini ditutup dengan sesi ramah tamah yang hangat di Gedung SKB. Momen ini menjadi kesempatan bagi warga belajar, tutor, dan pimpinan untuk saling berinteraksi dan mempererat tali silaturahmi.

Manfaat Penting Outing Class ke Museum Subang

Kegiatan Outing Class ke museum, khususnya bagi warga belajar kesetaraan, membawa banyak manfaat signifikan yang melampaui pembelajaran teoretis di kelas. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari kegiatan ini:

1. Meningkatkan Pemahaman Sejarah dan Wawasan Lokal secara Konkret

Belajar sejarah dari buku teks seringkali bersifat abstrak. Melalui kunjungan ke Museum Subang, warga belajar dapat melihat, menyentuh (secara visual), dan mengamati langsung artefak, diorama, dan peninggalan bersejarah yang menjadi saksi bisu perkembangan Kabupaten Subang. Visualisasi nyata ini membuat materi sejarah menjadi lebih mudah diserap dan diingat, sekaligus menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap tanah air dan daerah asal.

2. Mendorong Pembelajaran Interaktif dan Keterlibatan Aktif

Museum adalah lingkungan belajar informal yang mendorong rasa ingin tahu. Peserta tidak hanya mendengarkan, tetapi juga aktif mengamati, mengajukan pertanyaan kepada pemandu atau tutor, dan berdiskusi dengan teman. Metode ini jauh lebih interaktif daripada duduk di kelas, sehingga meningkatkan keterlibatan aktif, memicu pemikiran kritis, dan mengembangkan kemampuan observasi dan analisis.

3. Mengembangkan Keterampilan Sosial dan Adaptasi

Kegiatan bersama di luar kelas seperti ini merupakan sarana efektif untuk mengasah soft skills. Warga belajar dilatih untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman-teman dari paket belajar yang berbeda (A, B, dan C), serta dengan para tutor dan petugas museum. Mereka juga belajar beradaptasi dengan lingkungan baru, mengelola waktu selama perjalanan, dan mematuhi aturan di tempat publik, yang kesemuanya penting untuk pengembangan kemandirian dan keterampilan sosial di kehidupan bermasyarakat.

4. Membangkitkan Motivasi dan Semangat Belajar

Suasana baru di luar rutinitas kelas dapat mengurangi kejenuhan dan menyegarkan pikiran. Pengalaman menyenangkan selama outing class, ditambah dengan pesan motivasi dari Plt. SPNF SKB Bapak Widi Prasetio, secara signifikan dapat membangkitkan kembali bara semangat belajar warga belajar nonformal, meyakinkan mereka bahwa pendidikan dapat diakses dengan cara yang beragam, menyenangkan, dan bermakna.

Dengan kombinasi belajar di kelas dan kunjungan lapangan seperti ini, SPNF SKB Subang terus menunjukkan komitmennya dalam memberikan pendidikan kesetaraan yang berkualitas dan relevan bagi seluruh warga belajarnya.

Red. Kundjati

Selasa, 14 Oktober 2025

Literasi Gemilang: TBM SKB Raih Juara III Lomba Apresiasi TBM Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 2025

 

Hj Siti Aminah menerima Penghargaan Lomba TBM yang diserahkan oleh Kepala DInas Pendidikan Subang

Subang – Semangat literasi di Kabupaten Subang kembali berkobar dengan prestasi gemilang yang ditorehkan oleh Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Pada Selasa, 14 Oktober 2025, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) setempat menggelar apel bersama yang juga menjadi momen penyerahan penghargaan bagi pemenang Lomba Apresiasi Lembaga Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2025.

Dalam lomba  ini, TBM SKB berhasil menempati posisi juara ketiga, menunjukkan dedikasi dan kontribusi nyata dalam upaya memajukan minat baca masyarakat. Penghargaan tersebut diterima langsung oleh Ketua TBM SKB, Hj. Siti Aminah, M.A.P, di hadapan seluruh jajaran dinas yang hadir di halaman kantor Disdikbud.

Lomba Apresiasi TBM tahun ini dimenangkan oleh TBM Ranggon Buku Indonesia dari Kecamatan Binong sebagai Juara Pertama, dan TBM Widya Pratama dari Kecamatan Pagaden yang meraih posisi Juara Kedua.

Rona bahagia tak dapat disembunyikan dari wajah Hj. Siti Aminah, M.A.P., saat menerima penghargaan. "Tentu kami sangat senang dan bangga atas pencapaian ini. Penghargaan ini adalah bukti kerja keras semua pengelola TBM SKB," ujarnya dengan penuh antusias.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan harapan besar agar prestasi ini menjadi motivasi untuk terus berkembang. "Besar harapan kami agar TBM SKB dapat semakin maju dan berperan lebih luas dalam mengembangkan budaya literasi di tengah masyarakat. Kami akan terus berinovasi agar TBM menjadi rumah yang nyaman dan inspiratif bagi para pembaca," tambahnya.


Selain penghargaan untuk TBM, apel bersama ini juga dimanfaatkan Disdikbud untuk memberikan apresiasi pada kategori lain, termasuk penghargaan Terbaik Selasih periode Bulan September, Terbaik 7 Kebiasaan Sehat, dan Terbaik Apresiasi Presensi Singabret. Pemberian berbagai penghargaan ini menunjukkan komitmen Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam mendorong peningkatan kinerja dan kesehatan pegawai serta lembaga di bawah naungannya.

Keberhasilan TBM SKB meraih Juara III menjadi penutup manis rangkaian kegiatan apresiasi literasi dan diharapkan mampu menginspirasi TBM lain untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan dan program-program literasi mereka.

Kamis, 25 September 2025

Hari Aksara Internasional: Mengingatkan Kembali Pentingnya Literasi sebagai Hak Asasi Manusia

 

Setiap tanggal 8 September, dunia memperingati Hari Aksara Internasional (International Literacy Day). Peringatan tahunan ini dicanangkan oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada tahun 1966. Lebih dari sekadar perayaan, Hari Aksara Internasional adalah momentum global untuk mengingatkan kembali masyarakat dunia akan pentingnya literasi sebagai masalah martabat dan hak asasi manusia, serta sebagai fondasi untuk masyarakat yang terdidik dan berkelanjutan.

Sejarah dan Tujuan Peringatan

Penetapan Hari Aksara Internasional bermula dari keresahan global akan tingginya tingkat buta huruf (tuna aksara) yang terjadi di berbagai negara, baik berkembang maupun maju. Buta huruf dipandang sebagai hambatan serius bagi pembangunan individu dan kolektif.

Dicanangkan oleh UNESCO

Pada Konferensi Umum UNESCO ke-14 tanggal 26 Oktober 1966, PBB secara resmi menetapkan 8 September sebagai hari untuk mengkampanyekan pentingnya melek aksara dan mendorong upaya intensif dalam melawan buta huruf. Peringatan ini pertama kali dirayakan pada tahun 1967.

Tujuan Utama

Tujuan utama Hari Aksara Internasional adalah:

  1. Meningkatkan kesadaran akan isu-isu buta huruf di tingkat lokal, nasional, dan global.
  2. Mendorong gerakan dan kebijakan untuk memberantas buta huruf.
  3. Mengingatkan bahwa literasi adalah bagian integral dari pendidikan sepanjang hayat.

Literasi di Era Digital

Di era yang serba digital ini, konsep "aksara" dan "literasi" telah berkembang jauh melampaui kemampuan membaca dan menulis konvensional. Literasi modern mencakup berbagai keterampilan penting, termasuk literasi digital, literasi finansial, dan literasi media.

Peringatan Hari Aksara Internasional kini juga berfokus pada:

  • Literasi Digital: Kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, menggunakan, dan membuat informasi dengan menggunakan teknologi digital, yang sangat krusial dalam masyarakat berbasis pengetahuan saat ini.
  • Pendidikan Inklusif: Memastikan bahwa setiap orang, tanpa memandang usia, gender, latar belakang sosial, atau lokasi geografis, memiliki akses terhadap pendidikan berkualitas yang dapat meningkatkan kemampuan literasi mereka.

Tantangan Buta Huruf di Indonesia dan Dunia

Meskipun telah banyak kemajuan, masalah buta huruf masih menjadi tantangan serius. Secara global, masih ada jutaan penduduk dewasa, didominasi wanita, yang belum melek aksara. Angka ini juga diperburuk dengan jutaan anak-anak yang putus sekolah atau tidak memiliki akses pendidikan memadai.

Di Indonesia, perjuangan untuk memberantas buta aksara terus digalakkan. Pemerintah melalui program-program pendidikan non-formal dan kejar paket terus berupaya menurunkan angka buta huruf. Namun, tantangan saat ini juga beralih pada upaya meningkatkan minat baca dan kualitas literasi fungsional kemampuan menggunakan aksara untuk berfungsi secara efektif dalam masyarakat yang seringkali masih rendah.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Hari Aksara Internasional adalah seruan untuk bertindak. Melek aksara adalah jembatan emas menuju masa depan yang lebih cerah, memungkinkan individu untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat, mendapatkan peluang ekonomi yang lebih baik, dan membuat keputusan yang tepat tentang kehidupan mereka.

Anda dapat berpartisipasi dalam perjuangan literasi dengan:

  • Mendukung Program Literasi: Sumbang buku, dana, atau waktu Anda untuk program pendidikan buta huruf atau perpustakaan komunitas.
  • Meningkatkan Minat Baca Sendiri: Mulai kebiasaan membaca, baik buku cetak maupun digital.
  • Menjadi Teladan: Dorong orang-orang di sekitar Anda, terutama anak-anak, untuk gemar membaca dan belajar.

Literasi adalah kekuatan. Dengan menjadikannya prioritas, kita bersama-sama dapat membangun dunia yang lebih adil, inklusif, dan berpengetahuan.

 disadur dari berbagai sumber sebagai pengetahuan


Minggu, 21 September 2025

Skb subang literasi digital


Sebanyak 44 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan 1 Satuan Pendidikan Non Formal (SPNF) Sanggar Kegiatan Belajar Negeri (SKB) Subang melaksanakan asesmen sumatif.

Asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.

Kabid PAUD dan Dikmas melalui Kasi Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Tanto saat dikonfirmasi terkait jumlah SPNF PKBM di Kabupaten Subang termasuk PKBM yang gemuk dan/atau terbanyak warga belajarnya serta kegiatan Asesmen Sumatif akhir jenjang 2023/2024, pada Jum’at 15 Maret 2024 kemarin, dirinya mengatakan, untuk Kabupaten Subang jumlah SPNF PKBM sebayak 44 PKBM termasuk SKB dan  bulan Maret 2024 ini, sudah mulai melaksanakan asesmen sumatif akhir jenjang.

“Besok Sabtu, 16 Maret 2024, PKBM Dwi Tunggal Mandiri Kasomalang akan melaksanakan asesmen sumatif akhir jenjang 2023/2024, dengan ajuan jumlah pesertanya sebanyak 83 orang warga belajar setara SMA/SMK (Paket C),  namun setelah di validasi sesuai dengan by name dan by adress, artinya yang lolos hanya 38  peserta warga belajar dan bisa mengikuti asesmen sumatif jenjang akhir,”kata Tanto.

44 PKBM Dan 1 SPNF SKB Subang Laksanakan Asesmen Sumatif Akhir Tahun Ajaran.


SUBANG I BBCOM I Sebanyak 44 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan 1 Satuan Pendidikan Non Formal (SPNF) Sanggar Kegiatan Belajar Negeri (SKB) Subang melaksanakan asesmen sumatif.

Asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.

Kabid PAUD dan Dikmas melalui Kasi Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Tanto saat dikonfirmasi terkait jumlah SPNF PKBM di Kabupaten Subang termasuk PKBM yang gemuk dan/atau terbanyak warga belajarnya serta kegiatan Asesmen Sumatif akhir jenjang 2023/2024, pada Jum’at 15 Maret 2024 kemarin, dirinya mengatakan, untuk Kabupaten Subang jumlah SPNF PKBM sebayak 44 PKBM termasuk SKB dan  bulan Maret 2024 ini, sudah mulai melaksanakan asesmen sumatif akhir jenjang.

“Besok Sabtu, 16 Maret 2024, PKBM Dwi Tunggal Mandiri Kasomalang akan melaksanakan asesmen sumatif akhir jenjang 2023/2024, dengan ajuan jumlah pesertanya sebanyak 83 orang warga belajar setara SMA/SMK (Paket C),  namun setelah di validasi sesuai dengan by name dan by adress, artinya yang lolos hanya 38  peserta warga belajar dan bisa mengikuti asesmen sumatif jenjang akhir,”kata Tanto.

Ujian Paket C DI ikuti 44 PKBM Dan 1 SPNF SKB Subang Laksanakan Akhir Tahun Ajaran


Subang – Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan 1 Satuan Pendidikan Non Formal (SPNF) Sanggar Kegiatan Belajar Negeri (SKB) Subang melaksanakan ujian Paket C, Asesmen sumatif.

Asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.

Kabid PAUD dan Dikmas melalui Kasi Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Tanto saat dikonfirmasi terkait jumlah SPNF PKBM di Kabupaten Subang termasuk PKBM yang gemuk dan/atau terbanyak warga belajarnya serta kegiatan Asesmen Sumatif akhir jenjang 2023/2024, pada Jum’at 15 Maret 2024 kemarin, dirinya mengatakan, untuk Kabupaten Subang jumlah SPNF PKBM sebayak 44 PKBM termasuk SKB dan bulan Maret 2024 ini, sudah mulai melaksanakan asesmen sumatif akhir jenjang.

“Besok Sabtu, 16 Maret 2024, PKBM Dwi Tunggal Mandiri Kasomalang akan melaksanakan asesmen sumatif akhir jenjang 2023/2024, dengan ajuan jumlah pesertanya sebanyak 83 orang warga belajar setara SMA/SMK (Paket C), namun setelah di validasi sesuai dengan by name dan by adress, artinya yang lolos hanya 38 peserta warga belajar dan bisa mengikuti asesmen sumatif jenjang akhir,” kata Tanto.

Sementara berdasarkan pantauan tim awak media di lokasi PKBM Dwi Tunggal Mandiri-Kasomalang, pada pelaksanaan kegiatan Asesmen Sumatif tersebut, salah seorang guru yang mendampingi Kepala Sekolah PKBM Dwi Tunggal Mandiri Sulaeha, saat dikonfirmasi, di PKBM Dwi Tunggal Mandiri, pada Sabtu, 16 Maret 2024, dirinya mengatakan bahwa warga belajar sebagai peserta yang mengikuti Asesmen Sumatif ini, sebanyak 40 orang, namun yang hadir dan ada 38 orang, sayang yang 2 orang tak bisa mengikuti asesmen sumatif karena keduanya mengalami sakit.

“Jumlah peserta yang ikut pada pelaksanaan asesmen sumatif ini sebanyak 40 orang warga belajar, namun 2 orang warga belajar lainya tidak hadir karena sakit, jadi warga belajar yang mengikuti asesmen sumatif akhir jenjang 2023/2024, berjumlah 38 orang,” tandasnya. (Mulyadi)

Antusias! Peserta Didik SPNF SKB Subang Kunjungi Museum Subang




Subang, Tiradar.id
 – Selasa, 19 November 2024, Satuan Pendidikan Nonformal Sanggar Kegiatan Belajar (SPNF SKB) Subang mengadakan kunjungan edukatif ke Museum Subang yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Karang Anyar, tepatnya di Gedung Wisma Karya Subang. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam kepada para peserta didik tentang sejarah, seni, dan budaya Kabupaten Subang.

Sebagai satu-satunya museum di Kota Subang, Museum Subang memiliki peran penting dalam melestarikan warisan budaya, sejarah, dan seni lokal melalui koleksi benda-benda bersejarah yang dimilikinya. Keberadaan museum ini juga menjadi media edukasi yang efektif, terutama bagi para pelajar, dengan pemandu museum yang selalu siap memberikan informasi lengkap tentang setiap koleksi yang dipamerkan.

Dalam kunjungan tersebut, para peserta didik terlihat sangat antusias menjelajahi setiap sudut museum. Mereka tak segan mengajukan berbagai pertanyaan kepada pendamping dan pemandu untuk menggali lebih banyak pengetahuan. Selain peserta didik, kegiatan ini juga dihadiri oleh para tutor kesetaraan dan Pelaksana Tugas Kepala SKB Subang, Erni.

“Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan wawasan dan kecintaan generasi muda terhadap warisan budaya, serta mendorong mereka untuk ikut melestarikan budaya lokal. Selain itu, kami juga ingin menumbuhkan minat generasi muda untuk lebih sering mengunjungi museum,” ujar Erni kepada media.

Museum Subang dilengkapi dengan berbagai fasilitas menarik, termasuk ruang teater yang digunakan untuk memperkenalkan budaya dan sejarah Kabupaten Subang. Fasilitas ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi pelajar, untuk memahami lebih dalam tentang sejarah daerah. Selain itu, museum ini juga memiliki koleksi tiga dimensi yang memberikan pengalaman belajar yang interaktif dan menyenangkan.

Museum Subang beroperasi setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 15.00, kecuali pada hari libur nasional. Dengan segala keunggulannya, museum ini terus menjadi destinasi favorit untuk kunjungan edukasi bagi pelajar dan masyarakat umum.

Kunjungan ini tidak hanya menambah pengetahuan peserta didik, tetapi juga menjadi langkah konkret dalam menanamkan rasa bangga dan cinta terhadap warisan budaya lokal. Semoga kegiatan seperti ini terus dilaksanakan untuk membangun generasi muda yang berwawasan luas dan peduli terhadap kebudayaan.

SKB Subang Uji Kemampuan Anak Didik Selama Dua Hari


Untuk meningkatkan mutu pendidikan kualitas belajar dan mengajar, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Subang, Jawa Barat, mengadakan kegiatan uji kemampuan untuk anak didik yang dilaksanakan selama dua Hari Rabu dan Kamis (31/8 sampai 1/9/22) lalu.

Kegiatan bertemakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) menurut Kepala Sekolah SKB Kabupaten Subang Dra. N Yuyu Ayunengsih mengatakan bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

“Asesmen dirancang untuk menghasilkan informasi akurat serta memperbaiki kualitas belajar dan mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas hasil belajar murid,” Ucap Dra. N Yuyu kepada POSKOTA.CO.

Tetapi dijelaskan olehnya, Asesmen Nasional tidak digunakan untuk menentukan lulusan menilai prestasi murid sebagai seorang individu.

“ Evaluasi hasil belajar setiap individu murid menjadi kewenangan pendidik” Jelas Dra Yuyu seraya menginformasikan jumlah keseluruhan warga belajar SKB sebanyak 221 orang ,terdiri dari Paud, Paket A,B dan C.

Kegiatan AKM di Gedung SKB Kota Subang dikuti oleh 25 peserta Paket C kelas XI, Kabid Keseteraan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang Toto Suyanto Spd MM Pd juga hadir meninjau kegiatan tersebut.(hrn/sir)